.

Terbaru

17 Oktober 2013

Ikuti Kajian Bersama Ust. Fatih Karim (Guru Ust. Felix Siauw)

Center Islamic Enginers Universitas Islam Indonesia (Centris UII) akan mengadakan kajian bertema "Menjadi Pejuang Islam di Kampus Para Pejuang". Kajian ini akan menghadirkan guru dari ustadz Felix siauw, yaitu Ust. Fatih Karim. Bertempat di Mushala Bahrul Ulum Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, Ust. Fatih Karim akan mengajak peserta untuk menjadi pejuang islam. Tertarik ikut? Silahkan saja datang karena acara ini tidakdipungut baya alias Gratis :) (zulfahmi/save-islam)


10 Desember 2011

OASIS Edisi 3: Mungkinkah Islam Bersatu?

5 Oktober 2011

Menemukan kebenaran Melalui Akal


Islam sama sekali tidak menghinakan akal manusia. Allah memuji orang yang berpikir hingga menemukan kebenaran.
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. 45: 13)
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. 13: 4)
Masih banyak lagi ayat-ayat Qur’an yang mengajak kaum muslimin untuk berpikir secara jernih. Kebenaran islam pun tidak mungkin dapat dicapai oleh kaum muslimin kecuali dengan menggunakan akal. Begitu juga hanya orang berakallah yang dibebankan syariat islam, seperti shalat, zakat, haji, jihad, dst.
Hanya saja manusia terkadang tidak bisa membedakan akal yang bersih dengan hawa nafsu. Atau barangkali akal juga terkadang sudah tercampur dengan pengaruh –pengaruh doktrin, pengalaman masa lalu, kejadian-kejadian lain yang setiap orang bisa berbeda. Bahkan sebagaian orang memanfaatkan akal sebagai cara memenuhi hawa nafsunya, sehingga menjadikan manusia lebih hina daripada binatang.
Maka untuk mencari kebenaran kita harus membedakan dalam diri kita, mana akal, mana nafsu, mana doktrin, dan pengalaman masa lalu. Akal yang bersih seperti ketika kita memahami bahwa 1+1=2, maka inilah akal. Setelah kita bedakan, mari kita mulai dari akal, memikirkan apakah tuhan itu ada atau tidak ada. Perlulah kita melihat diri kita, lingkungan kita, agar kita bisa merasakan “keajaiban” dan segera mengatakan “tidak mungkin semua ini ada dengan kebetulan”, jumlah  species serta tumbuhan yang tidak bisa kita hitung jumlahnya, semuanya memiliki sistem tubuh yang sangat sempurna, maka tidak ada keraguan pasti ada “pembuat” dari semua ini. [1]
Setelah kita yakin akan adanya tuhan, maka perlulah kita melihat semua agama yang ada. Dengan akal kita bisa berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin sama dengan makhluk, jika makhluk makan pasti tuhan tidak butuh makan, jika makhluk mati pasti tuhan itu kekal, jika makhluk itu lemah maka tuhan tidak munglkin lemah, dan seterusnya. Yesus yang dituhankan oleh kristiani, tidak dapat diterima akal, karena dia hanyalah manusia, dan dia mengakui dirinya (dalam banyak ayat di injil) hanyalah manusia yang lemah, tidak berdaya, bahkan mati. Budha juga bukan tuhan, sebab dia manusia, dilahirkan dari rahim ibu, tumbuh dari kecil layaknya manusia biasa, bahkan juga mati. Kita juga menolak doktrin Hindu bahwa mereka memuja banyak Dewa, padahal dewa itu (menurut doktrin mereka) seperti keadaan manusia, seperti memiliki anak.
Tuhan yang kita sembah mestilah pencipta kita, tidak masuk akal jika kita menyembah yang bukan menciptakan kita, meski dia mendatangkan banyak manfaat bagi kita. Ini menolak segala ajaran yang menyembah sesuatu, padahal ia yakin yang disembah itu bukan penciptanya. Seperti firaun atau haman yang mengaku dirinya memiliki kekuasaan seperti tuhan, akal kita jelas menolaknya, sebab mereka manusia biasa, hanya saja memiliki kekuasaan, seberapa besar pun kekuasaan mereka tetap mereka tertolak disebut sebagai tuhan, karena bukanlah mereka yang menciptakan kita. Hal ini juga berlalu bagi bagi bangsa Qurais, yang menyembah berhala, meski berhala itu dimaksudkan sebagai perantara dengan Allah, ini jelas ini tidak bisa diterima, jika memang mereka mengakui bahwa Allah itu yang menciptakan mereka, maka yang disembah semestinya adalah Allah bukan berhala. [2]
Maka tidak boleh ada pemisahan mana yang menciptakan kita, mana yang memberi kemanfaatan pada kita, mana yang menghancurkan kita. Kalaupun begitu keadaannya maka tetaplah pencipta yang paling pantas kita sebut tuhan, yang lain merupakan makhluk (hasil ciptaan) dari sang pencipta, jelas tidak layak menyandang gelar tuhan. Maka dari logika ini dapat diambil kesimpulan “tidaklah mungkin tuhan itu lebih dari satu”, Dialah pencipta, Dia juga yang memberi rizki, dan Dia juga yang bisa menghancurkan kita.
Kita hanya menjumpai ajaran seperti ini pada Nabi-nabi yang mengajarkan tauhid. Mereka selalu datang dari masa ke masa, setiap nabi wafat digantikan dengan nabi yang lain. Nabi yang datang tidak terbatas pada bani israel saja, tapi semua bangsa diturunkan masing-masing utusan-Nya. Ada yang mensinyalir seperti beberapa tokoh yang ditokohkan hindu adalah nabi, dengan beberapa alasan. Ada juga yang bilang budha adalah nabi. Namun semua ajaran “nabi” itu diselewengkan hingga berubah dari ajaran aslinya. Kita tidak tahu pasti tentang hal ini, dan memang tidak perlu tahu, karena itu tidak penting untuk kita ketahui. Yang terpenting adalah kita mengikuti siapa nabi terakhir sebelum kita lahir.
Tidak ada nabi yang mengatakan dirinya nabi terakhir kecuali Muhammad bin Abdullah, yang lahir di makkah (571 M). Maka yang perlu kita lakukan adalah meneliti, apakah benar Muhammad adalah nabi. Cara tradisional mengetahui apakah orang itu nabi atau tidak adalah dengan melihat mukjizatnya. Nabi Muhammad menunjukkan beberapa mukjizatnya, seperti membelah bulan[3] dan isra miraj, yang semua itu disaksikan baik oleh orang kafir maupun muslim dan riwayatnya datang pada kita lewat jalur mutawatir (banyak jalur). Mukjizat terbesarnya tidak lain adalah Al-Qur’an, yang dari masa ke masa kebenarannya terus terbukti secara ilmiah. Al-Qur’an juga mengajarkan manusia sebuah tata negara yang paling baik, sebab dia bisa merubah suatu bangsa yang tiap sukunya saling berperang kemudian bersatu membentuk kekuasaan yang paling maju, mengungguli dari semua bangsa saat itu hingga abad 18, dan ini bukan karena Al-Qur’an tetapi karena kaum muslimin sudah mulai “malas” mematuhi perintah Al-Qur’an.
Muhammad bin Abdullah juga terbukti sebagai nabi, karena terdapat perbedaan gaya bahasa antara perkataannya, dan Al-Qur’an. Hal tersebut karena Al-Qur’an ini bukanlah karangan Muhammad, tetapi wahyu dari Allah. Masih banyak lagi bukti bahwa nabi Muhammad yang membawa agama islam, yang merupakan agama dengan syariat untuk manusia akhir zaman,yang semua itu bisa kita baca dari Kitab sirah nabawiyyah, yang didalamnya memuat perjalanan nabi Muhammad SAW dari lahir hingga wafat dengan periwayatan yang shahih.
Maka bagi kita yang merasa berakal, tidak ada pilihan lain bagi kita untuk menerima islam sebagai agama kita, Al-Qur’an sebagai kitab kita, dan dan syariat islam sebagai aturan bagi kita, tanpa perlu lagi melihat apakah syariat itu mudah atau susah, masuk akal atau tidak masuk akal, karena pada dasarnya kita menerima islam sudah melaui jalur akal. (Zulfahmi, 20 September 2011)

[1] "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (QS. Al Infithaar, 82:6-8)
[2] “Katakanlah; Siapakah yang memberikan rezki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang berkuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan siapakah yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan. Maka sungguh mereka akan mengatakan, ‘Allah’….” (QS. Yunus: 31)
“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah,’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’ Dan tanyakanlah; ‘Siapakah Rabb penguasa langit yang tujuh dan pemilik Arsy yang agung ?’ Niscaya mereka menjawab,’Semuanya adalah milik Allah’ Katakanlah,’Tidakkah kalian mau bertakwa’ Dan tanyakanlah,’Siapakah Dzat yang di tangannya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia lah yang Maha melindungi dan tidak ada yang sanggup melindungi diri dari azab-Nya, jika kalian mengetahui ?’ Maka pastilah mereka menjawab, ‘Semuanya adalah kuasa Allah’ Katakanlah,’Lantas dari jalan manakah kalian ditipu?.’” (QS. Al-Mu’minuun: 84-89)

[3] Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail. Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, “Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.” Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.” Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama. Atas peristiwa ini Allah (swt) menurunkan ayat Al Qur’an: ” Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (QS Al Qomar 54:1-2)

Ketika Hati Tak mampu Lagi mendeteksi Noda-noda Dosa


Hati adalah cermin, mungkin istilah tersebut sering kita dengar. Dosa adalah noda yang bisa mengotori hati kita, semakin banyak dosa yang kita lakukan semakin banyak pula debu-debu dosa yang menempel di hati kita, saya pun teringat lagu yang dulu sering dendangkan oleh salah satu ustadz di sebuah setasiun televisi. “jagalah hati, jangan kau kotori, jagalah hati cahaya ilahi…..” hati memang sebongkah organ yang sangat penting sekali, bahkan Rasulullah pernah menegaskan kepada kita dalam hadis beliau bahwa Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia adalah hati
Kata imam al Ghazali, kalbu itu ibarat cermin , saat seseorang melakukan satu dosa/maksiat, maka satu naktah hitam menutupi kalbunya. Semakin banyak dosa, semakin banyak noktah hitam menutupi kalbunya. Jika sudah tertutup noktah hitam, kalbu yang ibarat cermin itu tidak bias lagi digunakan untuk bercermin; untuk ‘mengaca diri’ dan mengevaluasi diri. Saat demikian kepekaan spiritual bisa lenyap dari dirinya. Jika sudah seperti itu jangankan dosa kecil, apalagi skedar berbuat makruh dan melakukan banyak hal mubah yang melalaikan, dosa besar sekalipun tak dianggap besar. Jangankan meninggalkan hal sunah, meninggalkan kewajibanpun mungkin sudah dianggap biasa. Pasalnya kepekaan kalbunya nyaris hilang, tidak mampulagi mendeteksi dosa, apalagi dosa yang dianggap kecil.
Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, Seharusnya kita senantiasa mengasah kepekaan spiritual kita, agar hati ini tidak terasa ‘gersang’ kalau hati terasa gersang  apalagi sudah tidak mampu mendeteksi noda-noda dosa maka aktivitas maksiat akan menjadi rutinitas dan maksiat itu tidak jarang akan melahirkan maksiat yang lain. Jika aktivitas maksiat sering dikerjakan maka akan terjadi akumulasi maksiat. Dosa-dosa kecilpun akan menjadi besar. Hal seperti inipun sangat rentan sekali didalam sebuah Negara yang tidak menerapkan aturan-aturan Islam  dalam kehidupan karena Negara yang seharusnya menjaga dan menganyomi umat dari aktivitas maksiat dengan diterapkanya hukum Islam maka ketika Negara sudah tidak lagi peduli maka tidak salah jika terjadi akumulasi maksiat besar-besaran dan ketika aktivitas maksiat ; Korupsi, Riba, Perzinahan, Pendzolimi terhadap rakyat, Umbar aurat, dsb, sudah dianggap biasa maka akan rentan sekali dengan bencana
Mungkin banyak sekali hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kepakaan spiritual kita, sebagai individu contohnya ; bisa ziarah kubur, mengunjungi orang-orang salih, orang-orang bertakwa,ulama terpercaya, membenca sekaligus menyelami sirah generasi salaf, para ahli ibadah, orang-orang zuhud, para mujahid, pala pembela kebenaran, orang-orang sabar dan orang-orang bersyukur; meningkatkan porsi ibadah; memperbanyak membaca al quran, berdoa, qiyamul layl, bersedekah. dsb .
Sebuah Negara yang kata Imam Al Ghazali ibarat 2 mata uang dengan agama yang tidak dapat dipisahkan karena agama merupakan pondasi dan Negara merupak penjaga, jika Negara tidak ada pondasinya maka akan rapuh dan begitupula agama tidak dijaga oleh Negara maka akan hilang. Maka dari itu akumulasi maksiat yang sangat kompleksnya di negari ini karena telah melepaskan agama dari kehidupan kaum muslimin.
Wallahu a’lam
(Achmad Effendi, BKLDK Tuban)

Madrasah Tanpa Rehat


Sepengetahuan kita, yang namanya madrasah atau sekolah pastilah ada jam istirahatnya. Barang 15 sampai 20 menit, di waktu dhuha dan waktu zhuhur, atau di waktu-waktu yang strategis untuk refreshing otak sejenak. Beristirahat dari pasokan ilmu yang terus mendesak masuk kepala. Karena bagaimana mungkin otak terus dipaksa bekerja, sedang kejenuhan kian memuncak. Tak manusiawi namanya jika tak diberi rehat, sekedar untuk menghela nafas, mengurut-urut kening, dan bersenda gurau dengan teman agar senyum kembali membuncah.

Namun jangan sangka semua madrasah seperti itu. Ternyata, ada madrasah yang terus memompa santrinya untuk paham akan pelajaran-pelajaran yang disampaikan. Madrasah itu terus menghujani santri-santrinya dengan ujian-ujian hingga tak jarang santri itu sampai menderita karena dipaksa terus berjuang menjawab soal demi soal. Geram, mungkin itu yang ada dibenak anda. Tapi jangan salahkan madrasah ini, karena sesungguhnya anda sendiripun adalah salah satu santrinya.

Ya, inilah madrasah kehidupan. Madrasah tanpa rehat. Siapa yang bisa beristirahat sebentar dari kehidupan ini? Pilihannya hanyalah terus berjalan, atau berhenti sama sekali. Berhenti dari kehidupan, tentu artinya mati. Sayangnya ketika hal ini ditawarkan pada para santri, justru mereka ketakutan dan lebih memilih lanjut daripada berhenti.Aneh kan? Haha... Tapi inilah madrasah kehidupan. Ia terus memberi santrinya masalah demi masalah untuk diselesaikan. Semakin cerdas santrinya mengerjakan, justru soal-soal yang diberikan akan semakin sulit. Anda mau protes? Silakan protes sama Headmaster nya, yakni Allah subhanahu wata'ala.Tapi kalau saya boleh saran, jangan buru-buru emosi. Jika anda perhatikan dengan baik, sungguh madrasah ini adalah madrasah terbaik yang pernah ada. Pelajarannya tak terkalahkan oleh kurikulum manapun. Madrasah ini bahkan memberi kebebasan pilihan, anda mau memilih pelajaran tentang kebaikan, atau menjalani pelajaran tentang keburukan. Semua terserah kepada santri mau memilih yang mana, toh nantinya mereka juga akan mendapatkan reward sesuai dengan pelajaran yang mereka pilih.Inilah madrasah kehidupan, yang tak pernah berhenti memberikan ujian. Di madrasah ini, akan tampaklah siapa yang taat kepada peraturan madrasah yakni Al-Qur'an dan assunnah, dan siapa yang berani melanggarnya. Semua prilaku santri dalam madrasah ini amat terpantau, dan pada hari pembagian rapor nanti semua akan menerima balasannya masing-masing.

Maka, masihkah anda terpikir untuk lari dari madrasah ini? Hadapilah semua permasalahan yang ada, karena itu hanyalah bagian dari aktifitas 'nyantri' kita di madrasah ini. Taati saja peraturannya, maka toh nanti sang Headmaster akan berbaik hati memberi jawabannya kepada anda, bahkan memberi rapor dengan nilai yang baik kepada anda.

Perjuangkan ijazah kita, yakni syurga yang didalamnya mengalir sungai-sungai serta segala bentuk keindahan dan kenikmatan, hadiah dari Allah subhanahu wata'ala.




Yogyakarta, 19 Sept 2011

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes