Demi matahari dan cahayanya di pagi hari
Demi bulan ketika mengiringinya
Demi siang ketika menampakkannya
Demi malam ketika menutupinya
Demi langit dan (Allah) yang membangunnya
Demi bumi dan (Allah) yang menghamparkannya
Demi jiwa dan (Allah) yang menyempurnaannya
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa kefasikan dan ketakwaan
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya -- (QS Asy Syams: 1-10)
Sudah hafal ayat2 ini belum hayo??
Ayat2 tersebut berkaitan dengan fenomena gerhana matahari cincin yang terjadi 26 Januari 2009 lalu. Proses gerhana tersebut terjadi dari pukul 15.21 - 17.50 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 16.41 WIB. Gerhana ini dapat dilihat secara sempurna di wilayah Tanjung Karang Lampung dan Anyer Baten.
Sebenarnya, Gerhana matahari terjadi ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Gerhana matahari dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: gerhana total, gerhana sebagian, dan gerhana cincin. Sebuah gerhana matahari dikatakan sebagai gerhana total apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
Gerhana matahari cincin pada hakikatnya sama dengan gerhana matahari total. Keduanya tergolong gerhana sentral, artinya pusat piringan matahari dan bulan hampir berimpitan pada saat puncak gerhana. Hal yang membedakan adalah piringan bulan pada saat gerhana matahari total menutup penuh piringan matahari. Sedangkan pada gerhana matahari cincin piringan bulan hanya menutup bagian tengah piringan matahari dan menyisakan bagian tepinya sehingga tampak seperti cincin.
Gerhana matahari cincin terjadi bila piringan matahari tampak lebih besar dari piringan bulan. Hal itu dipengaruhi oleh jarak matahari dan bulan dari bumi. Pada saat gerhana matahari cincin 1998, jarak bumi matahari 151,3 juta km sehingga diameter sudut piringan matahari 31' 40". Sedangkan jarak bumi bulan 394.063 km sehingga diameter sudutnya 30' 19", lebih kecil daripada diameter sudut matahari.
Dari segi ilmiah, gerhana matahari cincin kurang menarik bila dibandingkan dengan gerhana matahari total. Tetapi, dari segi sejarah Islam, ada hal yang menarik. Dari analisis astronomis, ternyata gerhana matahari cincinlah yang terjadi pada zaman Rasulullah s.a.w. pada saat putra tercintanya, Ibrahim, wafat. Saat itu pula satu-satunya salat gerhana matahari yang dilakukan Rasulullah dengan khutbahnya yang terekam dalam hadits: "Matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka bila melihatnya berdzikirlah kepada Allah dengan mengerjakan shalat" (H. R. Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Ibnu Abbas).
Gerhana matahari cincin pada zaman Rasulullah terjadi pada 30 Januari 632. Pada saat itu jarak bumi matahari 148 juta km sehingga diameter sudut piringan matahari 32' 23". Sedangkan jarak bumi bulan 392.788 km dengan diameter sudutnya 30' 25".
Perenungan fenomena alam semestinya membimbing manusia ke arah penyucian jiwa, menyadari kenisbian manusia. Sifat dan sikap takabur merupakan pengotor jiwa yang bisa muncul dalam bentuk sikap otoriter, diskriminatif, menindas, dan sikap2 tercela lainnya.
www.wikipedia.com
http://rukyatulhilal.org
0 comment:
Posting Komentar