.

27 September 2011

Menjadi Terbaik Diantara Yang Terbaik

“Jika ada 1 juta pejuang islam, maka salah satunya adalah aku. Jika ada 1000 pejuang islam, maka salah satunya aku. Jika ada 1 pejuang islam, maka itulah aku”
Ungkapan diatas sering sekali dikutip mereka yang merasa sebagai pejuang islam. Ya, ungkapan itu memang istimewa, membangkitkan semangat dan memang wajib menjadi jiwa para pejuang. Ungkapan diatas cukup untuk memotivasi , menyindir, ataupun “menampar” bagi para aktivis yang mulai larut dalam kemalasan (futur).
Semangat untuk menjadi yang istimewa diantara yang tidak istimewa tentu adalah pilihan yang biasa. Namun menjadi yang paling istimewa diantara yang istimewa tentu hal ini adalah pilihan yang luar biasa. Sesuatu yang luar biasa pasti akan lebih berat dan sesuatu yang berat pasti lebih sedikit orangnya.
Kisah pasukan Thalut cukup menjadi pelajaran yang berharga tentang bagi kita. Pasukan Thalut sewaktu haus dan melewati sungai namun dilarang minum kecuali seteguk saja. Ternyata sedikit sekali yang mengindahkan larangan tersebut, sehingga tinggal sedikit pasukan Thalut yang berangkat untuk mengalahkan Jalut.
Ingat juga ketika Rasulullah Muhammad SAW bersama pasukannya berangkat perang uhud, namun ternyata banyak sekali yang memutar kuda dan memilih kembali karena takut mati. Ingat pula perang khandaq yang pada saat itu madinah dikepung pasukan koalisi kafir ditambah cuaca yang ekstri, sehingga sahabat rasulullah SAW yang tersisa tinggal 300.
Saya juga pernah membaca buku yang berjudul “Pesan-pesan menggugah untuk pengemban dakwah”, yang mana didalam buku itu berisi bahasan-bahasan yang “menampar” para aktivis dakwah. Penulis buku itu menyebutkan bahwa terkadang kader dakwah dalam satu kampung jika dilihat datanya jumlahnya sangat banyak, bisa puluhan bahkan mencapai ratusan. Namun ternyata terdapat fakta yang memprihatinkan, dimana hanya sedikit sekali aktivis dakwah yang mau terjun all-aout untuk dakwah ini. Mayoritas ternyata hanya menjadikan dakwah ini sebagai sambilan, sehingga prioritasnya berada pada urutan kesekian.
Saya juga pernah melihat video dimana seorang mbah-mbah semangat sekali berdakwah dengan menyebarkan buletin Al-Islam kepada tetangga-tetangganya hingga satu kampung. Ada juga yang menderita cacat namun juga dengan semangatnya terus berdakwah. Merekalah orang yang bisa menjadi “tamparan” keras bagi kita-kita yang secara fisik sempurna ini. Terkadang rasa malas masih mendera, mencari seribu alasan untuk meninggalkan dakwah, bahkan menyalahkan dakwah karena aktivitas lainnya merasa terganggu “gara-gara” dakwah.
Sudah saatnya kita meninggalkan rasa “malas berbuat kebaikan” dan membuangnya ditempat sampah, jangan pernah memungut lagi! Itupun jika kita ingin menjadi yang terbaik diantara yang terbaik, jika tidak, maka nikmatilah rasa malas itu selagi rasa penyesalan belum datang. (Zulfahmi.net, 27 September 20011)

0 comment:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes