.

1 Oktober 2011

Menjadi Mentor Luar Biasa!

Sahabatku yang senantiasa memberikan nilai-nilai kebaikan,
Kita ini adalah guru bagi siapa pun. Guru yang tidak harus berlabel sebagai pengajar di sebuah sekolah atau bimbingan belajar atau di sebuah perguruan tinggi. Kita bisa jadi pengajar bagi orang lain, dalam diskusi, dalam bertukar pikiran, dalam ruang kecil bernama kamar atau dalam kehidupan yang tak pernah kita duga. Guru, digugu dan ditiru. Ia adalah pengumpan kebaikan dan membimbing manusia yang buruk menuju manusia yang berbudi pekerti mulia.
Kita merupakan seorang muslim. Seorang muslim dituntut untuk menjadi guru kehidupan bagi orang lain. Dakwah yang telah mengalir dalam darah kita, menelusuri setiap kewajiban untuk mengingatkan siapa pun menuju jalan ALLOOH SWT. Jalan yang akan mengangkat derajat manusia menjadi mulia di sisi ALLOOH SWT.
Kita mengurusi ummat yang telah berada dalam titik nadir kehancuran. Kita perlu menyadarkan mereka, sehingga bagi siapa pun, mari menjadi pengajar dan mengajari mereka bagaimana menemukan islam serta menyelami setiap makna kebenaran dari ALLOOH SWT.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri“
(Fussilat ayat 33)
Sahabatku yang senantiasa berlaku seperti pengajar,
                Tentu sebelum kita menjadi seorang pengajar atau biasa disebut seorang tutor atau musyrif, maka kita pernah berlaku menjadi yang diajar, ditutorkan atas daris. Maka, tentu seorang yang mulia adalah mereka yang tidak menghambat keilmuannya terbatas pada dirinya saja, tetapi berusaha ia tebarkan bak harum-haruman yang dapat tercium oleh siapa pun.
                Layaknya seorang tentara yang akan berjuang di medan perang, ia akan berusaha menyiapkan strategi, peralatan dan diri agar tidak mudah kalah dan terjebak dalam kesalahan. Begitu juga dengan seorang pengajar, ia harus mendesign perilakunya, mendesign pengajarannya, agar orang tertarik dengan bahasa kita dan tsaqofah yang berasal dari ALLOOH SWT.


                Perihal di atas, adalah permasalahan keseharian yang bisa jadi diantara kita pernah menemukan sosok – sosok guru seperti tersebut. Dan saya pun terkadang, masih melihat permasalahan ini dalam diri saya pribadi. Ya, oleh karena itu kita juga perlu belajar dari kepribadian kita sendiri, belajar memperbaiki diri agar kita dapat menuju upaya maksimal menjadi seorang yang mendidik untuk mereka yang bercita-cita dan berhasrat besar.
                Halaqoh, Mentoring, Tutorial dan kegiatan belajar mengajar pada akhirnya menjadi seremonial belaka yang tidak mampu menjawab kepuasan ruhiyah kita untuk menggali ilmu ALLOOH yang luas ini. Jiwa kita bisa jadi hadir dalam pertemuan itu, tetapi gara-gara itu semua batin yang harusnya ikut serta juga terpaksa tak bisa mendengarkannya. Itu semua, bisa jadi kita selaku yang diajar dan mengajar ternyata tak bisa mengerti betapa pentingnya sistem penyaluran keilmuan itu.
                Lantas apa yang harus kita lakukan? Apa yang seharusnya kita siapkan untuk itu semua. Maka kita akan mulai dari 3 pertanyaan.
1.       “APA YANG ADA DI DALAM HATI KITA?”
2.       “ARE YOU LEADER?”
3.       “APAKAH KITA SIAP UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN?”
Pada pertanyaan pertama, mari kita tuntaskan agar kita dapat mengajarkan semua orang dengan hati yang damai dan penuh kepercayaan. Kita perlu menjawabnya agar kita dapat sepenuh hati dan pengorbanan mengajarkan banyak orang tentang kehidupan dan ajaran islam yang menyeluruh.
Apa yang ada di dalam hati kita? Maka, dalam hati kita, terisi tentang dari semua ilmu yang kita dapatkan ini, kita berikan yang baik, yang benar, yang kemungkinan mendekati kesalehan dan tentu yang dapat mendidik manusia menjadi pribadi yang soleh dan taqwa. Di dalam hati kita, yang telah memilih bagian jalan islam, dan memberikan pengajarannya.
Yang kita ajarkan untuk memenuhi keilmuan, kepuasan jiwa yang terlampau rapuh. Di dalam pembelajaran itu, kita harus niatkan bahwa yang kita ajarkan adalah sebuah hikmah yang harus disampaikan dengan benar dengan siapa yang kita ajarkan.
“Serulah manusia ke jalan tuhanmu dengan hikmah & pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”.(An Nahl ayat 125)
Pertanyaan kedua, sejauh mana kita dapat memimpin diri kita, bertanggung jawab atas apa yang kita punya. Ilmu yang kita dapat adalah tanggung jawab yang harus diberikan kepada mereka yang berhak untuk mendapatkan pengetahuan dari kita. Menyembunyikan ilmu merupakan bentuk dari kegagalan kita menjadi pemimpin. Melatih menjadi seorang pengajar berarti juga berusaha menjadi pemimpin. Lihat saja, seorang Ayah akan belajar bagaimana memimpin keluarganya. Bisa jadi dengan memberikan pengajaran kepada anak-anaknya.
Belajar menjadi seorang tutor, juga belajar bagaimana teknik memimpin. Dan disinilah, kita dapat meraih dan mengejar ilmu kepemimpinan tanpa kita sadari. Dengan kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan untuk memberikan kebaikan kepada orang lain maka kita telah berusaha memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Jadi, “Are you leader?” di sini adalah kesungguhan anda untuk menjadi pemimpin yang baik, yang dikenal dapat bertukar pikiran, terbuka dan ramah. Juga bijaksana dalam menilai sesuatu.
“Orang paling berguna di dunia hari ini adalah pria/wanita yg tahu bagaimana bergaul dengan orang lain”.
(“Winning with People”, John Maxwell)
Pertanyaan ketiga diselesaikan dengan seberapa banyak anda dapat berkomunikasi. Dakwah mau tidak mau memerlukan komunikasi. Karena bahasa dakwah adalah bahasa komunikasi. Semakin tinggi tingkat dan derajat manusia di dunia, maka bahasa yang digunakan pun harus disesuaikan. Tentu, ini merupakan salah satu teknik agar pesan-pesan yang disampaikan dapat dipahami.
Jadi kita akan mendealkan, bahwa yang namanya pengajar, adalah mengajarkan sesuatu dan menuaikannya. Prosesi dakwah adalah prosesi yang menyatukan ketulusan hati yang didasarkan niat yang penuh keikhlasan karena ALLOOH, keterampilan dalam memimpin untuk menyadarkan manusia untuk bersegera menuju kesempurnaan islam dan menggunakan bahasa komunikasi yang dapat dimengerti banyak orang.
Sahabatku yang senang dalam dakwahnya,
Sesungguhnya, kita-kita ini adalah makhluk yang akan kembali kepada ALLOOH SWT. Alur perjalanan dakwah yang bercita-cita membangun peradaban islam yang agung ini belum tahu benar sudah berada di jalur yang mana. Kemenangan, kejayaan dan kesatuan ummat dimulai dari keberanian kita untuk mendewasakan pemikiran kita dan menyebar luaskannya. Jadilah guru kehidupan, jadilah pembelajar sejati.
Ibnu Abbas r.a berkata, “Tiga hak yang harus aku penuhi untuk teman bicaraku: (1) memandangnya dengan mataku jika ia menghadapku, (2) Meluaskan tempatnya jika ia duduk, (3) mendengarkan dengan seksama jika ia berbicara”.
Selain itu, seorang guru adalah mereka yang menjadi pendengar dan sekaligus pemberi nasehat. Ingatlah, terjun sedalam-dalamnya dalam mengenal kepribadian dan pemikirannya. Bersabar atas keluh kesahnya, karena keluh kesahnya tak akan sebesar permasalahan ummat yang hidup tanpa kemuliaan islam ini.
“Kita adalah cermin diri kita Siapa kita, menentukan bagaimana kita melihat orang lain dan bagaimana orang memandang kita. Maka orang pertama yang harus diperiksa adalah diri kita sendiri”
 (Zero Mind)

Ingatlah, bisa jadi ini akan mengubah kehidupan dan kepribadian kita. Mengelola perubahan diri dan kesetaraan jiwa serta mengangkat kita menjadi pribadi yang mudah bermuhasabah. Seorang yang besar bukan langsung menjadi besar pengaruhnya, tetapi ia hidup dari proses bersosialisasi dan menyebarkan ide-idenya dengan menjual program dan pemikirannya kepada orang lain, agar orang tersebut menyadari betapa penting kehadiran pemikiran dan jiwa orang tersebut.
“Dakwah atau mentoring adalah berarti seni menyentuh hati dan pemikiran , dan hati tidak akan pernah tersentuh sebatas retorika indah. Ia butuh hati yang satu frekuensi dan saling beresonansi. Maka sentuhlah hati dengan hati, sentuhlah pemikiran dengan pemikiran”. 

0 comment:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes